KEPENDUDUKAN, KETENAGAKERJAAN, KESEMPATAN KERJA DAN PENGANGGURAN
- Pengertian Penduduk
Dalam arti luas, penduduk atau populasi berarti
sejumlah makhluk sejenis yang mendiami atau menduduki tempat tertentu. Bahkan
populasi dapat pula dikenakan pada benda-benda sejenis yang terdapat pada suatu
tempat. Dalam kaitannya dengan manusia, maka pengertian penduduk adalah manusia
yang mendiami dunia atau bagian-bagiannya.
Menurut JONNY PURBA :
Penduduk adalah orang yang matranya sebagai diri
pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan
kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara
pada waktu tertentu
Menurut SRIJANTI & A. RAHMAN :
Penduduk adalah orang yang mendiamisuatu tempat dalam
wilayah tertentu dengan tanpa melihat status kewarganegaraan yang dianut oleh
orang tersebut
- Teori penduduk modern
Ø
Pandangan
Merkantilisme, jumlah penduduk yang banyak sebagai elemen yang penting dalam
kekuatan negara yaiti merupakan faktor yang penting di dalam kekuatan negara
dan memegang peranan dalam meningkatkan pengahasilan dan kekayaan negara.
Ø
Pandangan Cantilion
(Merkantilisme), tanah merupakan faktor utama yang dapat menentukan tinggi
rendahnya kesejahteraan, selain itu, dinyatakan pula bahwa jumlah penduduk akan
terbatas karena jumlahnya akan dibatasi oleh jumlah makanan yang dapat
diproduksi oleh tanah.
- Factor mendorong terjadinya kependudukan
Ø
Kemajuan IPTEK.
Ø
Dorongan atau hasrat
naluri manusia yang selalu memperoleh kondisi yang lebih baik dari sebelumnya
di dalam kehidupannya baik material maupun intelektual.
Ø
Keterbatasan
kemampuan dukungan alam dan SDA serta dukungan lainnya yang diperlukan.
TABEL 1. Penduduk
Indonesia menurut Provinsi 2000 dan 2010 (www.bps.go.id)
|
||||||
Provinsi
|
||||||
PENDUDUK
|
||||||
2000
|
2010
|
|||||
Aceh
|
3,930,905
|
4,494,410
|
||||
Sumatera
Utara
|
11,649,655
|
12,982,204
|
||||
Sumatera
Barat
|
4,248,931
|
4,846,909
|
||||
R i a u
|
4,957,627
|
5,538,367
|
||||
J a m b i
|
2,413,846
|
3,092,265
|
||||
Sumatera
Selatan
|
6,899,675
|
7,450,394
|
||||
B e n g k
u l u
|
1,567,432
|
1,715,518
|
||||
L a m p u
n g
|
6,741,439
|
7,608,405
|
||||
Kep.
Bangka Belitung
|
900,197
|
1,223,296
|
||||
Kepulauan
Riau
|
-
|
1,679,163
|
||||
DKI
Jakarta
|
8,389,443
|
9,607,787
|
||||
Jawa Barat
|
35,729,537
|
43,053,732
|
||||
Jawa
Tengah
|
31,228,940
|
32,382,657
|
||||
DI
Yogyakarta
|
3,122,268
|
3,457,491
|
||||
Jawa Timur
|
34,783,640
|
37,476,757
|
||||
Banten
|
8,098,780
|
10,632,166
|
||||
B a l i
|
3,151,162
|
3,890,757
|
||||
Nusa
Tenggara Barat
|
4,009,261
|
4,500,212
|
||||
Nusa
Tenggara Timur
|
3,952,279
|
4,683,827
|
||||
Kalimantan
Barat
|
4,034,198
|
4,395,983
|
||||
Kalimantan
Tengah
|
1,857,000
|
2,212,089
|
||||
Kalimantan
Selatan
|
2,985,240
|
3,626,616
|
||||
Kalimantan
Timur
|
2,455,120
|
3,553,143
|
||||
Sulawesi
Utara
|
2,012,098
|
2,270,596
|
||||
Sulawesi
Tengah
|
2,218,435
|
2,635,009
|
||||
Sulawesi
Selatan
|
8,059,627
|
8,034,776
|
||||
Sulawesi
Tenggara
|
1,821,284
|
2,232,586
|
||||
Gorontalo
|
835,044
|
1,040,164
|
||||
Sulawesi
Barat
|
-
|
1,158,651
|
||||
M a l u k
u
|
1,205,539
|
1,533,506
|
||||
Maluku
Utara
|
785,059
|
1,038,087
|
||||
Papua
Barat
|
-
|
760,422
|
||||
Papua
|
2,220,934
|
2,833,381
|
||||
INDONESIA
|
206,264,595
|
237,641,326
|
||||
Catatan :
Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk
Ulang-alik/Ngelaju)
|
||||||
Sumber :
Sensus Penduduk, 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995
|
||||||
- Analisis kependudukan
Ø
Cara Menghitung
Kelahiran dan perpindahan penduduk disuatu wilayah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk di wilayah yang bersangkutan. Sedangkan kematian menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk di wilayah tersebut. Pertumbuhan penduduk suatu wilayah atau negara dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk awal (misal P0) dengan jumlah penduduk dikemudian hari (misal Pt ). Tingkat pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus secara geometrik yaitu dengan menggunakan dasar bunga-berbunga (bunga majemuk).
Kelahiran dan perpindahan penduduk disuatu wilayah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk di wilayah yang bersangkutan. Sedangkan kematian menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk di wilayah tersebut. Pertumbuhan penduduk suatu wilayah atau negara dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk awal (misal P0) dengan jumlah penduduk dikemudian hari (misal Pt ). Tingkat pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus secara geometrik yaitu dengan menggunakan dasar bunga-berbunga (bunga majemuk).
Dengan rumus
pertumbuhan geometrik, angka pertumbuhan penduduk ( rate of growth atau
r ) sama untuk setiap tahun, rumusnya:
Dimana ;
P0
adalah jumlah penduduk awal
Pt
adalah jumlah penduduk t tahun kemudian
r adalah
tingkat pertumbuhan penduduk
t adalah
jumlah tahun dari 0 ke t.
Ø
Contoh dan Sumber Data
Untuk mengaplikasikan rumus petumbuhan penduduk secara
geometric (Geometric Rate of Growth) diberikan contoh perhitungan dengan
menggunakan data jumlah penduduk Indonesia 1995 dari hasil Survai Penduduk
Antar Sensus (Supas) 1995 yakni 194,7 juta dan data jumlah penduduk 2000 dari
hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 yakni 205,8 juta. Dengan mengaplikasikan rumus
di atas maka tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1995-2000 adalah:
Pt
= P2000 =
205,8 juta ;
P0 = P1995 = 194,7 juta ;
t = 2000 - 1995 = 5 tahun
P0 = P1995 = 194,7 juta ;
t = 2000 - 1995 = 5 tahun
Bila data diatas kedalam rumus pertumbuhan geometrik,
maka:
205.800.000
= 194.700.000 * ( 1+ r) 5
log (205.800.000 / 194.700.000)
--------------------------------------- = log (1+ r)
5
--------------------------------------- = log (1+ r)
5
0,0048
=
log (1 + r)
10 0,048 = 1 + r
1,0111
= 1 + r
r
=
0,0111
Ø Interpretasi
Angka pertumbuhan penduduk Indonesia antara
tahun 1995-2000 adalah 1,11 % per tahun. Artinya setiap tahun antara 1995
dengan tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia bertambah sebesar 1,11 persen nya.
Dengan angka pertumbuhan ini dapat dihitung perkiraan jumlah penduduk pada
tahun yang akan datang.
- Pengertian Tenaga kerja
Menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara
garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga
kerja dan bukan tenaga kerja.
Menurut EENG AHMAN & EPI INDRIANI :
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang
dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika ada permintaan kerja
Menurut ALAM. S :
Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun
keatas untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sedangkan di
negara-negara maju, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur antara 15 hingga
64 tahun.
·
Teori-teori Ketenagakerjaan
a.
Teori Klasik Adam Smith
Menurut Mulyadi (2003), teori klasik menganggap bahwa
manusialah sebagai
faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran
bangsa-bangsa. Alasannya,
alam (tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada sumber
daya manusia yang pandai
mengolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan. Dalam
hal ini teori klasik Adam Smith (1729-1790) juga melihat bahwa alokasi sumber
daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi
tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi
tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan
syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.
b.
Teori Malthus
Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834)
dianggap sebagai
pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan
pemikiran-pemikiran
ekonomi. Buku Malthus yang dikenal paling luas
adalah Principles of Population.
Menurut Mulyadi (2003), dari buku tersebut akan dilihat
bahwa meskipun Malthus termasuk salah seorang pengikut Adam Smith, tidak semua
pemikirannya sejalan dengan pemikiran Smith. Disatu pihak Smith optimis bahwa
kesejahteraan umat manusia akan selalu meningkat sebagai dampak positif dari
pembagian kerja dan spesialisasi. Sebaliknya, Malthus justru pesimis tentang
masa depan umat manusia. Kenyataan bahwa tanah sebagai salah satu faktor produksi
utama tetap jumlahnya. Dalam banyak hal justru luas tanah untuk pertanian
berkurang karena sebagian digunakan untuk membangun perumahan, pabrik-pabrik
dan bangunan lain serta pembuatan jalan. Menurut Malthus manusia berkembang
jauh labih cepat dibandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk
memenuhi kebutuhan umat manusia. Malthus tidak percaya bahwa teknologi mampu
berkembang lebih cepat dari jumlah penduduk sehingga perlu dilakukan pembatasan
dalam jumlah penduduk. Pembatasan ini disebut Malthus sebagai pembatasan moral.
- Klasifikasi Tenaga Kerja
Ø
Berdasarkan
penduduknya
· Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah
seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika
tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang
dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun
sampai dengan 64 tahun.
· Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja
adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada
permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003,
mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15
tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan,
para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.
Ø
Berdasarkan batas
kerja
· Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah
penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan
tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan.
· Bukan angkatan kerja
Bukan angkatan kerja
adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah,
mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah: anak sekolah dan mahasiswa, para ibu rumah tangga, orang cacat, dan para pengangguran sukarela.
Ø
Berdasarkan
kualitasnya
· Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik
adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang
tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya:
pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
· Tenaga kerja terampil
Tenaga kerja terampil
adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang tertentudengan melalui
pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara
berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
-
Tenaga kerja tidak
terdidik
Tenaga kerja tidak
terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh:
kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.
- Analisis ketenagakerjaan
Ø Cara menghitung
Penghitungan
jumlah tenaga kerja dapat dilakukan dengan menjumlahkan seluruh penduduk usia
kerja (15 tahun keatas) dalam suatu negara. Angka tersebut biasanya didapatkan
dari Sensus Penduduk. Sedangkan persentase tenaga kerja dalam satu negara dapat
dihitung dengan membandingkan antara jumlah penduduk usia kerja dengan total
jumlah penduduk.
Rumus : Jumlah
Tenaga Kerja = Penduduk usia 15 + Penduduk usia 16 + Penduduk usia 17 + …dst
% Tenaga Kerja = Jumlah
Penduduk usia 15 tahun atau lebih x100
Jumlah penduduk
Jumlah penduduk
Ø
Contoh :
Dari publikasi Sensus Penduduk
2000 terdapat informasi mengenai penduduk yang berusia 15 tahun keatas.
Berdasarkan rumus diatas maka pada tahun 2000 jumlah tenaga kerja, penduduk
yang berusia diatas 15 tahun, di Indonesia sebanyak 139.991.800 orang.
Ø Interpretasi
Semakin besar jumlah tenaga kerja
dalam satu negara maka semakin besar penawaran tenaga kerjanya. Apabila hal ini
tidak diikuti dengan peningkatan permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja)
maka pengangguran akan terjadi. Di samping itu, semakin besar jumlah tenaga
kerja maka semakin besar kapasitas penduduk usia kerja untuk menopang penduduk
usia tidak produktif. Sehingga nilai rasio ketergantungan akan cenderung
menurun. Namun semua ini memerlukan jumlah kesempatan kerja yang mencukupi.
TABEL.2. Penduduk
Berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan tahun 2012 (www.bps.go.id)
|
||||
Jenis Kegiatan
|
2012
|
|||
Februari
|
Agustus
|
|||
1
|
Penduduk
Berumur 15 Tahun Ke Atas
|
172,865,970
|
173,926,703
|
|
2
|
Angkatan
Kerja
|
120,417,046
|
118,053,110
|
|
a. Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (%)
|
69.66
|
67.88
|
||
b. Bekerja
|
112,802,805
|
110,808,154
|
||
c.
Penganguran Terbuka *)
|
7,614,241
|
7,244,956
|
||
d. Tingkat
Pengangguran Terbuka (%)
|
6.32
|
6.14
|
||
3
|
Bukan
Angkatan Kerja
|
52,448,924
|
55,873,593
|
|
a. Sekolah
|
14,307,802
|
14,084,633
|
||
b.
Mengurus Rumah Tangga
|
31,447,888
|
33,628,814
|
||
c. Lainnya
|
6,693,234
|
8,160,146
|
||
*)
Pengangguran Terbuka : Mencari Pekerjaan, Mempersiapkan Usaha, Merasa Tidak
Mungkin Mendapat Pekerjaan, Sudah Punya Pekerjaan tetapi belum dimulai
|
||||
Sumber
:Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2012
|
- Definisi pengangguran menurut para ahli
Menurut Sukirno (2004: 28) pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam
perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya. Selanjutnya International
Labor Organization (ILO) memberikan definisi pengangguran yaitu:
1. Pengangguran terbuka
adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang selama periode
tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari
pekerjaan.
2. Setengah pengangguran
terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai buruh karyawan dan pekerja
mandiri (berusaha sendiri) yang selama periode tertentu secara terpaksa bekerja
kurang dari jam kerja normal, yang masih mencari pekerjaan lain atau masih
bersedia mencari pekerjaan lain/tambahan (BPS, 2001: 4).
Sedangkan
menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) menyatakan bahwa:
1. Setengah pengangguran
terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu yang masih
mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain.
2. Setengah pengangguran
sukarela adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu namun tidak
mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain (BPS, 2000: 14).
TABEL . 3.
Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2012
(www.bps.go.id)
|
|||||
No.
|
Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
|
2012
|
|||
Februari
|
Agustus
|
||||
1
|
Tidak/belum
pernah sekolah
|
123,213
|
82,411
|
||
2
|
Belum/tidak
tamat SD
|
590,719
|
503,379
|
||
3
|
SD
|
1,415,111
|
1,449,508
|
||
4
|
SLTP
|
1,716,450
|
1,701,294
|
||
5
|
SLTA Umum
|
1,983,591
|
1,832,109
|
||
6
|
SLTA
Kejuruan
|
990,325
|
1,041,265
|
||
7
|
Diploma
I,II,III/Akademi
|
252,877
|
196,780
|
||
8
|
Universitas
|
541,955
|
438,210
|
||
Total
|
7,614,241
|
7,244,956
|
|||
Sumber:
Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS)2012
|
- Faktor-faktor yang menyebabkan pengangguran
Berdasarkan kepada faktor-faktor yang menimbulkannya,
pengangguran dibedakan kepada tiga jenis, yaitu (Simanjuntak, 1998: 14):
1. Pengangguran
friksional adalah pengangguran yang terjadi akibat kesenjangan waktu,
informasi, maupun kondisi geografis antara pencari kerja dan lowongan kerja.
2. Pengangguran
struktural adalah pengangguran yang terjadi karena pencari kerja tidak memenuhi
persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang ada.
3. Pengangguran musiman
adalah pengangguran yang terjadi karena pergantian musim. Pengangguran berkaitan
dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek, terutama terjadi di sektor
pertanian.
- Analisis pengangguran
Ø Cara Menghitung
Indikator ini dapat dihitung dengan
cara membandingkan antara jumlah penduduk berusia 15 tahun atau lebih yang
sedang mencari pekerjaan, dengan jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan
kerja. Rumus :
Tingkat Penganguran :
|
∑ orang yang mencari pekerjaan
|
x 100%
|
∑ angkatan kerja
|
Ø
Contoh
Dari data
Sensus Penduduk 2000 diketahui jumlah orang yang mencari pekerjaan sebanyak
4.904.652 orang dan jumlah angkatan kerja sebanyak 97.433.125 orang (lihat
Tabel 1) . Sehingga tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2000
adalah ;
Tingkat
Pengangguran Terbuka =
|
4. 904.652
|
x 100%
|
= 5%
|
97.433.125
|
Tabel 4.
Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut golongan umur dan jenis kegiatan
selama seminggu yang lalu
Golongan
umur
|
Angkatan
Kerja
|
%
Pengangguran terbuka
|
Bukan
Angkatan Kerja
|
TT
|
Jumlah
|
% Bekerja
thd AK
|
% AK thd
pddk usia kerja
|
||||
Bekerja
|
Mencari Pekerjaan
|
Jumlah
|
Sekolah
|
Lainnya
|
Jumlah
|
||||||
15-19
|
5,967,751
|
1,540,230
|
7,507,981
|
20.51
|
9,403,857
|
4,235,441
|
13,639,298
|
2,238
|
21,149,517
|
79.49
|
35
|
20-24
|
11,116,741
|
1,763,210
|
12,879,951
|
13.69
|
1,801,720
|
4,574,333
|
6,376,053
|
2,097
|
19,258,101
|
86.31
|
67
|
25-29
|
13,244,340
|
825,527
|
14,069,867
|
5.87
|
277,584
|
4,292,133
|
4,569,717
|
1,353
|
18,640,937
|
94.13
|
75
|
30-34
|
12,536,121
|
313,477
|
12,849,598
|
2.44
|
46,250
|
3,502,781
|
3,549,031
|
1,091
|
16,399,720
|
97.56
|
78
|
35-39
|
11,765,207
|
160,675
|
11,925,882
|
1.35
|
21,689
|
2,955,759
|
2,977,448
|
896
|
14,904,226
|
98.65
|
80
|
40-44
|
10,028,107
|
94,674
|
10,122,781
|
0.94
|
12,599
|
2,331,804
|
2,344,403
|
664
|
12,467,848
|
99.06
|
81
|
45-49
|
8,002,418
|
63,482
|
8,065,900
|
0.79
|
9,545
|
1,580,110
|
1,589,655
|
450
|
9,656,005
|
99.21
|
84
|
50-54
|
6,013,875
|
43,348
|
6,057,223
|
0.72
|
1,212
|
1,326,109
|
1,327,321
|
424
|
7,384,968
|
99.28
|
82
|
55-59
|
4,470,188
|
31,955
|
4,502,143
|
0.71
|
991
|
1,175,211
|
1,176,202
|
319
|
5,678,664
|
99.29
|
79
|
60-64
|
3,919,999
|
26,358
|
3,946,357
|
0.67
|
743
|
1,373,570
|
1,374,313
|
349
|
5,321,019
|
99.33
|
74
|
65+
|
5,461,091
|
41,351
|
5,502,442
|
0.75
|
895
|
3,614,738
|
3,615,633
|
873
|
9,118,948
|
99.25
|
60
|
TT
|
2,635
|
365
|
3,000
|
12.17
|
2,883
|
5,857
|
8,740
|
107
|
11,847
|
87.83
|
25
|
jumlah
|
92,528,473
|
4,904,652
|
97,433,125
|
5.03
|
11,579,968
|
30,967,846
|
42,547,814
|
10,861
|
139,991,800
|
94.97
|
70
|
Ø Interpretasi
Besarnya angka pengangguran terbuka mempunyai
implikasi sosial yang luas karena mereka yang tidak bekerja tidak mempunyai
pendapatan. Semakin tinggi angka pengangguran terbuka maka semakin besar
potensi kerawanan sosial yang ditimbulkannya contohnya kriminalitas. Sebaliknya
semakin rendah angka pengangguran terbuka maka semakin stabil kondisi sosial
dalam masyarakat. Sangatlah tepat jika pemerintah seringkali menjadikan
indikator ini sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan.
Komentar
Posting Komentar