KEPENDUDUKAN, KETENAGAKERJAAN, KESEMPATAN KERJA DAN PENGANGGURAN


  • Pengertian Penduduk
Dalam arti luas, penduduk atau populasi berarti sejumlah makhluk sejenis yang mendiami atau menduduki tempat tertentu. Bahkan populasi dapat pula dikenakan pada benda-benda sejenis yang terdapat pada suatu tempat. Dalam kaitannya dengan manusia, maka pengertian penduduk adalah manusia yang mendiami dunia atau bagian-bagiannya.
Menurut JONNY PURBA :
Penduduk adalah orang yang matranya sebagai diri pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu
Menurut SRIJANTI & A. RAHMAN :
Penduduk adalah orang yang mendiamisuatu tempat dalam wilayah tertentu dengan tanpa melihat status kewarganegaraan yang dianut oleh orang tersebut
  • Teori penduduk modern
Ø    Pandangan Merkantilisme, jumlah penduduk yang banyak sebagai elemen yang penting dalam kekuatan negara yaiti merupakan faktor yang penting di dalam kekuatan negara dan memegang peranan dalam meningkatkan pengahasilan dan kekayaan negara.
Ø    Pandangan Cantilion (Merkantilisme), tanah merupakan faktor utama yang dapat menentukan tinggi rendahnya kesejahteraan, selain itu, dinyatakan pula bahwa jumlah penduduk akan terbatas karena jumlahnya akan dibatasi oleh jumlah makanan yang dapat diproduksi oleh tanah.
  • Factor mendorong terjadinya kependudukan
Ø  Kemajuan IPTEK.
Ø  Dorongan atau hasrat naluri manusia yang selalu memperoleh kondisi yang lebih baik dari sebelumnya di dalam kehidupannya baik material maupun intelektual.
Ø  Keterbatasan kemampuan dukungan alam dan SDA serta dukungan lainnya yang diperlukan.
TABEL 1. Penduduk Indonesia menurut Provinsi 2000 dan 2010 (www.bps.go.id)


Provinsi

PENDUDUK

2000
2010

Aceh
3,930,905
4,494,410

Sumatera Utara
11,649,655
12,982,204

Sumatera Barat
4,248,931
4,846,909

R i a u
4,957,627
5,538,367

J a m b i
2,413,846
3,092,265

Sumatera Selatan
6,899,675
7,450,394

B e n g k u l u
1,567,432
1,715,518

L a m p u n g
6,741,439
7,608,405

Kep. Bangka Belitung
900,197
1,223,296

Kepulauan Riau
-
1,679,163

DKI Jakarta
8,389,443
9,607,787

Jawa Barat
35,729,537
43,053,732

Jawa Tengah
31,228,940
32,382,657

DI Yogyakarta
3,122,268
3,457,491

Jawa Timur
34,783,640
37,476,757

Banten
8,098,780
10,632,166

B a l i
3,151,162
3,890,757

Nusa Tenggara Barat
4,009,261
4,500,212

Nusa Tenggara Timur
3,952,279
4,683,827

Kalimantan Barat
4,034,198
4,395,983

Kalimantan Tengah
1,857,000
2,212,089

Kalimantan Selatan
2,985,240
3,626,616

Kalimantan Timur
2,455,120
3,553,143

Sulawesi Utara
2,012,098
2,270,596

Sulawesi Tengah
2,218,435
2,635,009

Sulawesi Selatan
8,059,627
8,034,776

Sulawesi Tenggara
1,821,284
2,232,586

Gorontalo
835,044
1,040,164

Sulawesi Barat
-
1,158,651

M a l u k u
1,205,539
1,533,506

Maluku Utara
785,059
1,038,087

Papua Barat
-
760,422

Papua
2,220,934
2,833,381

INDONESIA
206,264,595
237,641,326

Catatan : Termasuk Penghuni Tidak Tetap (Tuna Wisma, Pelaut, Rumah Perahu, dan Penduduk Ulang-alik/Ngelaju)

Sumber : Sensus Penduduk, 2000 dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995







  • Analisis kependudukan
Ø    Cara Menghitung
Kelahiran dan perpindahan penduduk disuatu wilayah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk di wilayah yang bersangkutan.  Sedangkan kematian menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk di wilayah tersebut. Pertumbuhan penduduk suatu wilayah atau negara dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk awal (misal P0) dengan jumlah penduduk dikemudian hari (misal Pt ). Tingkat pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus secara geometrik yaitu dengan menggunakan dasar bunga-berbunga (bunga majemuk).
Dengan rumus pertumbuhan geometrik, angka pertumbuhan penduduk ( rate of growth atau r ) sama untuk setiap tahun, rumusnya:   

Dimana ;
P0 adalah jumlah penduduk awal
Pt adalah jumlah penduduk t tahun kemudian
r adalah tingkat pertumbuhan penduduk
t adalah jumlah tahun dari 0 ke t.
Ø    Contoh dan Sumber Data
Untuk mengaplikasikan rumus petumbuhan penduduk secara geometric (Geometric Rate of Growth) diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data jumlah penduduk Indonesia 1995 dari hasil Survai Penduduk Antar Sensus (Supas) 1995 yakni 194,7 juta dan data jumlah penduduk 2000 dari hasil Sensus Penduduk (SP) 2000 yakni 205,8 juta. Dengan mengaplikasikan rumus di atas maka tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1995-2000 adalah:
Pt = P2000             = 205,8  juta ;
P0 = P1995            = 194,7 juta ;
t                       =  2000 - 1995 = 5 tahun
Bila data diatas kedalam rumus pertumbuhan geometrik, maka:
 205.800.000                                       = 194.700.000 * ( 1+ r) 5
log (205.800.000 / 194.700.000)
 ---------------------------------------      =  log (1+ r)
                            5                                       
0,0048                                                 =  log (1 + r)
10 0,048                                                 =  1 + r 
1,0111                                                 =   1  +  r 
r                                                           =  0,0111
Ø  Interpretasi
 Angka pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 1995-2000 adalah 1,11 % per tahun. Artinya setiap tahun antara 1995 dengan tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia bertambah sebesar 1,11 persen nya. Dengan angka pertumbuhan ini dapat dihitung perkiraan jumlah penduduk pada tahun yang akan datang.   

  • Pengertian Tenaga kerja
Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Menurut EENG AHMAN & EPI INDRIANI :
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika ada permintaan kerja 
Menurut ALAM. S :
Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun keatas untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sedangkan di negara-negara maju, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur antara 15 hingga 64 tahun.
·         Teori-teori Ketenagakerjaan
a.       Teori Klasik Adam Smith
Menurut Mulyadi (2003), teori klasik menganggap bahwa manusialah sebagai
faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Alasannya,
alam (tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada sumber daya manusia yang pandai
mengolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith (1729-1790) juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.
b.      Teori Malthus
Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai
pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran
ekonomi. Buku Malthus yang dikenal paling luas adalah  Principles of Population.
Menurut Mulyadi (2003), dari buku tersebut akan dilihat bahwa meskipun Malthus termasuk salah seorang pengikut Adam Smith, tidak semua pemikirannya sejalan dengan pemikiran Smith. Disatu pihak Smith optimis bahwa kesejahteraan umat manusia akan selalu meningkat sebagai dampak positif dari pembagian kerja dan spesialisasi. Sebaliknya, Malthus justru pesimis tentang masa depan umat manusia. Kenyataan bahwa tanah sebagai salah satu faktor produksi utama tetap jumlahnya. Dalam banyak hal justru luas tanah untuk pertanian berkurang karena sebagian digunakan untuk membangun perumahan, pabrik-pabrik dan bangunan lain serta pembuatan jalan. Menurut Malthus manusia berkembang jauh labih cepat dibandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan umat manusia. Malthus tidak percaya bahwa teknologi mampu berkembang lebih cepat dari jumlah penduduk sehingga perlu dilakukan pembatasan dalam jumlah penduduk. Pembatasan ini disebut Malthus sebagai pembatasan moral.
  • Klasifikasi Tenaga Kerja
Ø  Berdasarkan penduduknya
·         Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
·         Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.
Ø  Berdasarkan batas kerja
·         Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan.
·         Bukan angkatan kerja       
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah: anak sekolah dan mahasiswa, para ibu rumah tangga,        orang cacat, dan para pengangguran sukarela.
Ø  Berdasarkan kualitasnya
·         Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
·         Tenaga kerja terampil
Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
-            Tenaga kerja tidak terdidik
Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.
  • Analisis ketenagakerjaan
Ø   Cara menghitung
Penghitungan jumlah tenaga kerja dapat dilakukan dengan menjumlahkan seluruh penduduk usia kerja (15 tahun keatas) dalam suatu negara. Angka tersebut biasanya didapatkan dari Sensus Penduduk. Sedangkan persentase tenaga kerja dalam satu negara dapat dihitung dengan membandingkan antara jumlah penduduk usia kerja dengan total jumlah penduduk.
Rumus : Jumlah Tenaga Kerja = Penduduk usia 15 + Penduduk usia 16 + Penduduk usia 17 + …dst
% Tenaga Kerja =  Jumlah Penduduk usia 15 tahun atau lebih  x100
                                                       Jumlah penduduk  
Ø  Contoh :
Dari publikasi Sensus Penduduk 2000 terdapat informasi mengenai penduduk yang berusia 15 tahun keatas. Berdasarkan rumus diatas maka pada tahun 2000 jumlah tenaga kerja, penduduk yang berusia diatas 15 tahun, di Indonesia sebanyak 139.991.800 orang.
Ø  Interpretasi
Semakin besar jumlah tenaga kerja dalam satu negara maka semakin besar penawaran tenaga kerjanya. Apabila hal ini tidak diikuti dengan peningkatan permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja) maka pengangguran akan terjadi. Di samping itu, semakin besar jumlah tenaga kerja maka semakin besar kapasitas penduduk usia kerja untuk menopang penduduk usia tidak produktif. Sehingga nilai rasio ketergantungan akan cenderung menurun. Namun semua ini memerlukan jumlah kesempatan kerja yang mencukupi.
TABEL.2. Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan tahun 2012 (www.bps.go.id)


Jenis Kegiatan
2012
Februari
Agustus


1
Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas
 172,865,970
 173,926,703
2
Angkatan Kerja
 120,417,046
 118,053,110
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)
 69.66
 67.88
b. Bekerja
 112,802,805
 110,808,154
c. Penganguran Terbuka *)
 7,614,241
 7,244,956
d. Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
 6.32
 6.14
3
Bukan Angkatan Kerja
 52,448,924
 55,873,593
a. Sekolah
 14,307,802
 14,084,633
b. Mengurus Rumah Tangga
 31,447,888
 33,628,814
c. Lainnya
 6,693,234
 8,160,146


*) Pengangguran Terbuka : Mencari Pekerjaan, Mempersiapkan Usaha, Merasa Tidak Mungkin Mendapat Pekerjaan, Sudah Punya Pekerjaan tetapi belum dimulai
Sumber :Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2012

  • Definisi pengangguran menurut para ahli
Menurut Sukirno (2004: 28) pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya. Selanjutnya International Labor Organization (ILO) memberikan definisi pengangguran yaitu:
1.   Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan.
2.   Setengah pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai buruh karyawan dan pekerja mandiri (berusaha sendiri) yang selama periode tertentu secara terpaksa bekerja kurang dari jam kerja normal, yang masih mencari pekerjaan lain atau masih bersedia mencari pekerjaan lain/tambahan (BPS, 2001: 4).
Sedangkan menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) menyatakan bahwa:
1.   Setengah pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain.
2.   Setengah pengangguran sukarela adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain (BPS, 2000: 14).
TABEL . 3. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2012 (www.bps.go.id)
No.
Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
2012
Februari
Agustus


1
Tidak/belum pernah sekolah
       123,213
         82,411
2
Belum/tidak tamat SD
       590,719
       503,379
3
SD
   1,415,111
   1,449,508
4
SLTP
   1,716,450
   1,701,294
5
SLTA Umum
   1,983,591
   1,832,109
6
SLTA Kejuruan
       990,325
   1,041,265
7
Diploma I,II,III/Akademi
       252,877
       196,780
8
Universitas
       541,955
       438,210
Total
   7,614,241
   7,244,956

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS)2012
  • Faktor-faktor yang menyebabkan pengangguran
Berdasarkan kepada faktor-faktor yang menimbulkannya, pengangguran dibedakan kepada tiga jenis, yaitu (Simanjuntak, 1998: 14):
1.   Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi akibat kesenjangan waktu, informasi, maupun kondisi geografis antara pencari kerja dan lowongan kerja.
2.   Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi karena pencari kerja tidak memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang ada.
3.   Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi karena pergantian musim. Pengangguran berkaitan dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek, terutama terjadi di sektor pertanian.
  • Analisis pengangguran
Ø  Cara Menghitung
Indikator ini dapat dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah penduduk berusia 15 tahun atau lebih yang sedang mencari pekerjaan, dengan jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja. Rumus :
Tingkat Penganguran :
∑ orang yang mencari pekerjaan
x 100%
∑ angkatan kerja
Ø  Contoh
Dari data Sensus Penduduk 2000 diketahui jumlah orang yang mencari pekerjaan sebanyak 4.904.652 orang dan jumlah angkatan kerja sebanyak 97.433.125 orang (lihat Tabel 1) . Sehingga tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2000 adalah ;
Tingkat Pengangguran Terbuka =
4. 904.652
x 100%
= 5%
97.433.125
 
Tabel 4.  Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut golongan umur dan jenis kegiatan selama seminggu yang lalu
Golongan umur
Angkatan Kerja
 % Pengangguran terbuka
Bukan Angkatan Kerja
TT
Jumlah
% Bekerja thd AK
% AK thd pddk usia kerja
Bekerja
Mencari Pekerjaan
Jumlah
Sekolah
Lainnya
Jumlah
15-19
5,967,751
1,540,230
7,507,981
20.51
9,403,857
4,235,441
13,639,298
2,238
21,149,517
79.49
35
20-24
11,116,741
1,763,210
12,879,951
13.69
1,801,720
4,574,333
6,376,053
2,097
19,258,101
86.31
67
25-29
13,244,340
825,527
14,069,867
5.87
277,584
4,292,133
4,569,717
1,353
18,640,937
94.13
75
30-34
12,536,121
313,477
12,849,598
2.44
46,250
3,502,781
3,549,031
1,091
16,399,720
97.56
78
35-39
11,765,207
160,675
11,925,882
1.35
21,689
2,955,759
2,977,448
896
14,904,226
98.65
80
40-44
10,028,107
94,674
10,122,781
0.94
12,599
2,331,804
2,344,403
664
12,467,848
99.06
81
45-49
8,002,418
63,482
8,065,900
0.79
9,545
1,580,110
1,589,655
450
9,656,005
99.21
84
50-54
6,013,875
43,348
6,057,223
0.72
1,212
1,326,109
1,327,321
424
7,384,968
99.28
82
55-59
4,470,188
31,955
4,502,143
0.71
991
1,175,211
1,176,202
319
5,678,664
99.29
79
60-64
3,919,999
26,358
3,946,357
0.67
743
1,373,570
1,374,313
349
5,321,019
99.33
74
65+
5,461,091
41,351
5,502,442
0.75
895
3,614,738
3,615,633
873
9,118,948
99.25
60
TT
2,635
365
3,000
12.17
2,883
5,857
8,740
107
11,847
87.83
25
jumlah
92,528,473
4,904,652
97,433,125
5.03
11,579,968
30,967,846
42,547,814
10,861
139,991,800
94.97
70
 
Ø  Interpretasi
Besarnya angka pengangguran terbuka mempunyai implikasi sosial yang luas karena mereka yang tidak bekerja tidak mempunyai pendapatan. Semakin tinggi angka pengangguran terbuka maka semakin besar potensi kerawanan sosial yang ditimbulkannya contohnya kriminalitas. Sebaliknya semakin rendah angka pengangguran terbuka maka semakin stabil kondisi sosial dalam masyarakat. Sangatlah tepat jika pemerintah seringkali menjadikan indikator ini sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan.

Komentar

Postingan Populer